ERGA DIGITAL
ZoyaPatel

Dari Anyaman ke Pasar: UMKM Keranjang Buah Lemahireng yang Menembus Pasar Luas

Mumbai

UMKM Keranjang Buah Lemahireng yang Menembus Pasar Luas

Lemahireng, Bawen — Kabupaten Semarang tak hanya dikenal dengan panorama pegunungan yang menawan, tapi juga dengan denyut ekonomi rakyat yang tak pernah padam. Salah satu denyut itu berdetak kuat di Desa Lemahireng, Kecamatan Bawen, tempat sekelompok pengrajin lokal menjaga warisan keterampilan tangan: keranjang buah dari bambu.

Awal Mula: Warisan, Bukan Sekadar Usaha


UMKM keranjang buah di Lemahireng umumnya dikelola oleh keluarga-keluarga pengrajin bambu yang telah turun-temurun menjalankan usaha ini. Bagi mereka, membuat keranjang bukan semata-mata soal bisnis, tapi juga cara menjaga kearifan lokal dan tradisi anyaman bambu yang telah eksis sejak puluhan tahun lalu.

Proses produksinya sederhana namun penuh ketekunan. Dimulai dari:

- Pemilihan Bambu

Bambu dipilih dari hasil panen lokal, yang dipotong dan dikeringkan selama beberapa hari. Bambu harus cukup tua agar kuat, namun tidak terlalu tua agar lentur saat dianyam.

- Pengolahan Bahan

Bambu di-belat (dipecah) menjadi bilah-bilah tipis dengan lebar dan panjang seragam. Ini membutuhkan keahlian tangan agar hasil anyaman tidak timpang.

- Proses Anyaman dan Pembentukan

Para pengrajin akan mulai menganyam dari bagian dasar, lalu menaikkan sisi keranjang secara spiral. Di sinilah seni berbicara—pola anyaman bukan hanya fungsional, tetapi juga estetis.

- Pewarnaan dan Finishing

Sebagian UMKM kini mulai menggunakan pewarna alami untuk memberi sentuhan menarik pada keranjang. Beberapa bahkan menambahkan ukiran atau label branding.

Dari Produksi ke Pasar: Jalan Panjang yang Berbuah Manis

Awalnya, pemasaran hanya terbatas di pasar tradisional lokal seperti Pasar Projo Ambarawa dan Pasar Bandarjo Ungaran dan Pasar Johar, Peterongan Semarang. Namun, seiring berkembangnya kebutuhan industri hortikultura dan permintaan packaging ramah lingkungan, peluang pasar pun melebar.

Beberapa langkah strategis yang diambil UMKM Lemahireng antara lain:

- Kolaborasi dengan Petani dan Tengkulak Buah

Keranjang ini sangat diminati sebagai wadah buah seperti jeruk, apel, atau salak. Petani lokal dan distributor buah mulai memesan secara rutin.

- Penjualan Melalui Pameran dan Dinas Perindustrian

Lewat bantuan dinas kabupaten dan partisipasi dalam pameran UMKM, keranjang buah Lemahireng mulai dikenal secara regional.

- Adaptasi Pasar Online

Generasi muda di desa mulai mencoba memasarkan lewat media sosial dan marketplace seperti Tokopedia dan Shopee, bahkan membuka peluang ekspor kecil-kecilan untuk permintaan souvenir dan hampers dari bambu.

Tantangan dan Harapan

Meski permintaan terus tumbuh, para pelaku UMKM masih menghadapi beberapa tantangan:

- Minimnya Regenerasi

Anak muda banyak yang enggan meneruskan usaha ini karena dianggap kuno dan kurang menguntungkan.

- Kesulitan Modal dan Alat Modern

Sebagian pengrajin masih menggunakan alat tradisional, sehingga produktivitas terbatas.

Namun mereka tak menyerah. Beberapa kelompok mulai merintis koperasi produksi dan menjalin kemitraan dengan pelaku industri buah dan florist modern yang mencari kemasan artistik dan ramah lingkungan.

Anyaman Harapan dari Lemahireng

UMKM keranjang buah di Lemahireng bukan sekadar penganyam bambu—mereka adalah penganyam harapan. Harapan akan ekonomi desa yang mandiri, lestarinya budaya tangan, dan terjaganya lingkungan melalui produk yang natural dan terbarukan.

Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah, pasar digital, dan semangat regenerasi, keranjang buah dari Lemahireng bukan tak mungkin menjadi produk unggulan Kabupaten Semarang yang mendunia.

Artikel ini dipublikasikan oleh Ergainfo.com, platform informasi dan dokumentasi lapangan yang menyajikan proses kerja profesional di berbagai bidang teknis dan industri.

Ahmedabad