Jumlah pengangguran di Indonesia meningkat pada 2025. Apa penyebabnya?
Jumlah pengangguran di Indonesia meningkat pada 2025. Apa penyebabnya? Dan bagaimana Islam menawarkan solusi konkret? Simak ulasannya di sini.
SEMARANG— Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia kembali menunjukkan tren kenaikan, dengan angka terbaru mencapai 7,2 juta orang per Mei 2025, menurut rilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Data tersebut mengindikasikan peningkatan sebesar 180.000 orang dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sektor industri pengolahan dan konstruksi menjadi penyumbang terbesar terhadap meningkatnya angka pengangguran, disusul oleh sektor perdagangan dan transportasi.
“Kondisi ini menjadi alarm bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan,” ujar Dr. Yunita Sari, Ekonom dari Universitas Indonesia, dalam wawancara dengan Erga Info, Senin (6/6). “Meskipun ekonomi mulai tumbuh, lapangan kerja berkualitas tidak tumbuh secepat kebutuhan tenaga kerja.”
Faktor Penyebab
- Automatisasi dan digitalisasi menyebabkan banyak pekerjaan manual hilang.
- Krisis pascapandemi membuat banyak UMKM gulung tikar dan tak kunjung pulih.
- Ketimpangan keterampilan antara lulusan baru dan kebutuhan dunia kerja.
Menurut laporan BPS, tingkat pengangguran tertinggi ditemukan di kalangan lulusan SMK dan diploma, dengan rentang usia produktif 20–29 tahun.
Respons Pemerintah
Pemerintah merespons dengan memperluas program Kartu Prakerja dan insentif industri padat karya. Namun, para pengamat menilai pendekatan ini bersifat jangka pendek dan belum menyentuh akar persoalan struktural di bidang pendidikan dan distribusi ekonomi.
Solusi Alternatif: Perspektif Ekonomi Islam
Dalam sistem ekonomi Islam, penyelesaian masalah pengangguran tidak hanya bersandar pada mekanisme pasar, melainkan juga pada tanggung jawab negara dalam menjamin ketersediaan pekerjaan yang layak bagi rakyatnya. Rasulullah SAW pernah memberikan peralatan kerja kepada seseorang yang menganggur, bukan sekadar memberi sedekah.
- Negara wajib menjamin kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, papan) dan membuka akses pekerjaan.
- Islam mendorong distribusi lahan produktif dan zakat produktif untuk mendorong ekonomi riil.
- Sektor wakaf, koperasi Islam, dan produksi lokal menjadi pilar penguatan ekonomi umat.
Ekonom Syariah Dr. Anwar Harun menyatakan, “Solusi Islam bersifat preventif dan struktural. Ia mencegah dominasi korporasi besar atas sumber daya ekonomi dan mendorong distribusi kekayaan yang lebih merata.”
Penutup
Peningkatan angka pengangguran ini menuntut langkah serius, bukan hanya dari pemerintah, tapi juga masyarakat dan dunia usaha. Sementara solusi Islam menawarkan paradigma yang lebih menyeluruh, kini saatnya semua pihak duduk bersama dan menyusun langkah strategis yang konkret dan berkelanjutan.
Erga Info — Mengungkap Fakta, Menyuarakan Solusi.