Idul Adha: Gaung Takbir dan Hiruk-Pikuk Muslim Sedunia
1. Takbir Global yang Menggetarkan Langit
Dari malam 9 Dzulhijjah, gema takbir mulai mengguncang bumi. Di Indonesia, masjid-masjid berlomba-lomba menyelenggarakan takbiran keliling, diiringi bedug raksasa dan obor menyala. Di Mesir, suara takbir meluncur dari menara-menara tua peninggalan Fatimiyah dan Mamluk. Di Nigeria, takbir dikumandangkan dengan irama lokal khas Hausa dan Yoruba, membuktikan bahwa takbir tidak hanya satu nada—ia adalah satu semangat dalam banyak budaya.
2. Mekkah, Pusat Segala Keramaian
Tak bisa bicara Idul Adha tanpa menyebut Mekkah, tempat jutaan umat Islam berkumpul untuk menunaikan haji. Sementara para jemaah wukuf di Arafah sehari sebelumnya, umat Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Adha sebagai bentuk kesatuan spiritual. Di sinilah semua latar belakang—Arab, Afrika, Asia, Eropa—menyatu dalam doa dan dzikir, menjadi saksi nyata bahwa Islam itu lintas warna, bangsa, dan bahasa.
3. Sapi, Kambing, dan Jalanan yang Tiba-tiba Macet
Di kota-kota besar seperti Jakarta, Lahore, atau Dhaka, perayaan Idul Adha membawa tantangan logistik tersendiri: sapi dan kambing mendadak jadi ‘kendaraan umum’. Di Pakistan, pasar hewan bahkan buka selama 24 jam. Di Indonesia, jalanan kompleks perumahan berubah jadi ‘kandang dadakan’ beberapa hari sebelum penyembelihan. Hiruk-pikuk ini—walau bagi sebagian terasa merepotkan—justru memperlihatkan betapa hidupnya tradisi dan gotong royong umat.
4. Daging Qurban dan Solidaritas yang Mendunia
Inti dari Idul Adha bukan hanya menyembelih, tapi mendistribusikan. Di Gaza, walau dibawah blokade, Muslim tetap berusaha menunaikan qurban dan berbagi. Di Rohingya dan Yaman, berbagai organisasi Islam dari seluruh dunia mengirimkan daging qurban sebagai bentuk solidaritas global. Hari ini, Idul Adha bukan cuma ritual ibadah—ia adalah aksi kemanusiaan skala dunia.
5. Tradisi Unik dari Berbagai Negara
-
Turki: Warga mengikat pita merah di kaki hewan qurban sebagai simbol keberkahan.
-
India: Keluarga berkumpul besar-besaran, dengan hidangan spesial seperti biryani dan kebab sepanjang hari.
-
Etiopia: Anak-anak menyanyikan lagu tradisional setelah penyembelihan, sebagai bagian dari warisan Islam lokal mereka.
-
Indonesia: Setelah shalat, masyarakat berbondong-bondong menyaksikan proses penyembelihan sambil membawa kantong plastik (yang misterius isinya, kadang daging, kadang... gorengan).
6. Sebuah Momentum Spiritualitas
Di balik hiruk-pikuk, ada satu pesan penting dari Idul Adha: keikhlasan dan kepatuhan Nabi Ibrahim AS. Inilah momen tahunan di mana umat Islam mengingat bahwa ketaatan, keikhlasan, dan semangat berbagi adalah inti dari keberislaman. Maka, walau perayaannya bisa tampak "ribut", sejatinya hatinya hening dan khusyuk.
Penutup: Di Balik Ramainya, Ada Makna Mendalam
Idul Adha adalah cermin wajah Islam: meriah tapi penuh makna, ramai tapi tetap tertib, lokal namun universal. Hiruk-pikuk yang muncul bukan gangguan, tapi pertanda hidupnya umat, kuatnya tradisi, dan eratnya tali sosial di tengah dunia yang makin individualis.
Dari suara takbir di pedalaman Afrika hingga bau sate kambing di gang sempit Jakarta, Idul Adha menyatukan umat dalam satu gema: pengorbanan, persaudaraan, dan cinta Ilahi.