Saluran Informasi kita bersama

MAKAM SYECH MAULANA WANGSIT DESA LEMAHIRENG BAWEN

0 9

Dua tahun terakhir, di desa lemah ireng bawen kabupaten semarang telah ditemukan makam waliyuwoh yang pernah berdakwah diwilayah ini. menurut masyarakat setempat peristiwa ini terjadi pada abad ke 14 sampai 15 yaitu pada masa kejayaan kerajaan pajang.

masyarakat pribumi dalam hal ini adalah penduduk desa lemah ireng, menyebutnya dengan syech maulana wangsit atau mbah wangsit. menurut sumber yang kami dapatkan, beliau bernama lengkap syeh wongso wangsito, atau lebih terkenal dengan nama syeh maulana wangsit.

Syeh Maulana wangsit pada waktu masih muda bernama kebo amiluhur, yang merupakan putra raja pengging. raja pengging sendiri sebelum menjadi raja bernama Joko sengoro, yang merupakan putra dari ulama terkemuka yang bernama Sekh Jumadil kubro. Syeh Jumadil kubro sendiri hidup pada zaman Prabu Brawijaya 5, yang pada waktu itu berkuasa di majapahit.

sehingga secara garis keturunan, kebo amiluhur atau mbah wangsit adalah putra dari joko sengoro, yang nantinya menjadi Raja Pengging, dan merupakan putra dari syeh jumadil kubro. sehingga secara silsilah, kebo amiluhur atau mbah wangsit adalah cucu dari syeh jumadil kubro. perlu diketahui, kerajaan pengging sendiri pada masa itu berada diwilayah kekuasaan majapahit.

BERDIRINYA KERAJAAN PENGGING.

Jauh sebelum berdirinya kerajaan pengging, ada peristiwa menarik dikerajaan majapahit, dimana peristiwa ini nantinya menjadi peristiwa kunci tentang silsilah mbah wangsit sendiri.

Dikisahkan pada waktu itu, terjadilah peristiwa yang menggemparkan istana majapahit, yaitu salah satu dari Putri Brawijaya 5 yang bernama retno pambayun hilang dari kerajaan.

berbagai upaya sudah dilakukan oleh Prabu Brawijaya untuk menemukan anaknya kembali, namun belum membuahkan hasil, akhirnya prabu Brawijaya mengadakan sayembara, barang siapa yang bisa menemukan putrinya, kalau seorang lelaki akan dijodohkan dengan anaknya, tapi kalau perempuan akan dijadikan saudara sang putri. Dalam waktu singkat, sayembara kerajaan itupun sudah menyebar seantero negeri. termasuk sampai ke wilayah tempat joko sengoro menetap.

Mendengar berita tersebut, joko sengoro pun mengikuti sayembara tersebut.

dengan tekad yang kuat dan ilmu kanuragan yang mumpuni, joko sengoro berangkat untuk mencari putri raja majapahit.

sampai akhirnya joko sengoro berhasil menemukan retno pambayun, yang ternyata diculik oleh minak dadali putih, seorang adipati dari Blambangan.

setelah berhasil mengalahkan minak dadali putih, jongo sengoro kembali ke istana dan menghadap prabu brawijaya untuk menyerahkan Retno pambayun. Prabu Brawijaya pun menepati janjinya, joko sengoro akhirnya dinikahkan dengan Retno pambayun, bahkan saking bahagianya dan takjub dengan keberanian pemuda tersebut, maka beliau memberikan wilayah pengging kepada joko sengoro.

prabu brawijaya juga memberikan kewenangan penuh kepada joko sengoro untuk mengatur dan mengelola wilayah pengging.  meskipun sebenarnya status kepemimpinan joko sengoro dipengging adalah adipati, namun dengan diberi kewenangan secara penuh tersebut, maka lebih identik dengan status seorang raja.

prabu brawijaya juga memberikan gelar kepada joko sengoro dengan sebutan sri makurung handayaningrat. dengan demikian, peristiwa ini menjadi titik awal berdirinya kerajaan pengging, dengan raja pertamanya joko sengoro yang bergelar srimakurung handayaningrat.

PERANG MAJAPAHIT DAN DEMAK

seiring Berjalannya waktu, joko sengoro dan retno pambayun dikaruniai 3 anak laki laki, yang pertama diberi nama kebo kanigoro, anak yang kedua diberi nama kebo Kenongo, dan anak yang ketiga diberi nama kebo amiluhur. kebo amiluhur inilah yang nanti kenal dengan syech maulana wangsit.

kerajaan pengging dibawah kepemimpinan joko sengoro mampu menjadikan wilayah kekuasaanya makmur. sampai pada ketiga anaknya beranjak dewasa, sampai pada suatu ketika tatkala anaknya yang bungsu yaitu kebo amilihur menginjak usia 16 tahun, majapahit dan demak berseteru hingga sampai pada  terjadinya peperangan antara dua kerajaan tersebut.

Dalam kondisi ini, pengging lebih memihak kepada majapahit karena alasan kedekatan keluarga. sehingga, dalam konflik tersebut, pengging ikut berperang bersama majapahit melawan kerajaan demak.

peperangan kedua kerajaan itu berlangsung hebat dan banyak memakan korban, pada peperangan ini mengakibatkan kekalahan di Kerajaan Majapahit, dan  joko sengoro sebagai raja pengging juga terbunuh dalam peperangan tersebut.

Setelah peperangan berakhir, kerajaan pengging tidak memilik pemimpin karena rajanya terbunuh. sehingga yang akan mengisi kekosongan tampuk kekuasaan pengging adalah anak pertama yang bernama kebo kanigoro. namun, diluar dugaan, kebo kanigoro sebagai putra pertama tidak menginginkan kursi kekuasaan karena lebih memilih mendalami ilmu agama. kebo kanigoro tidak mau ikut campur urusan pemerintahan meskipun dialah yang paling berhak.

dalam kondisi seperti ini, maka adiknya yang bernama kebo kenongo yang menggantikan ayahnya sebagai raja pengging yang kedua. kebo kenongo juga bergelar ki Ageng pengging anom, dalam menjalankan roda pemerintahannya, kebo kenongo di dampingi tokoh spiritual yang bernama syeh siti Jenar.

PERANG DEMAK DAN PENGGING

maka sampailah pada peristiwa Kerajaan Pengging diserbu oleh kerajaan Demak. maka peperangan hebat pun tak terelakkan dan memakan banyak korban baik prajurit maupun paniknya penduduk sipil.

melihat kejadian itu, kebo amiluhur yang pada waktu itu masih berusia muda sangat bersedih, karena banyak rakyat yang tidak tahu menahu justru menjadi korban dalam peperangan tersebut. sehingga kebo amiluhur lebih memilih berlepas diri dari kondisi kerajaan pengging.

akhirnya kebo amiluhur memilih jalan lain, yaitu pergi keluar dan meninggalkan Kerajaan Pengging, kebo amiluhur lebih memilih tidak ikut urusan politik di Kerajaan Pengging. bahkan, dia juga melepaskan identitas kerajaannnya dengan berpakaian layaknya rakyat pada umumnya, dan dia juga memiliki nama baru yaitu ronggo. dalam pengembaraanya, dia lebih dikenal dengan nama ronggo.

dengan demikian, ronggo mengembara dari satu kampung ke kampung lain, masuk hutan satu ke hutan yang lain, hingga sampailah dia di daerah tempat tinggalnya  Ki Ageng Selo. disinilah ronggo berguru kepada kiageng selo dan banyak belajar tentang ilmu agama maupun ilmu kanuragan.

Karena ronggo bukanlah Manusia Biasa, tetapi manusia yang memiliki kecerdasan tinggi, akhirnya tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa menguasai ilmu yang diajarkan oleh ki Ageng Selo, baik ilmu kanuragan ataupun pendalaman agama.

Di Kerajaan Demak, Sultan Fatah lagi gencar gencarnya merekut para pemuda untuk dijadikan prajurit kerajaan. Informasi tersebut juga sampai di telinga ronggo, sehingga ronggo ingin mengikutinya.  atas restu dari Ki Ageng Selo , ronggo pun bergabung dan terpilih menjadi salah satu prajurit kerajaan Demak Bintoro. pada masa inilah ronggo mengubah namanya dengan nama ronggo toh joyo.

diKarenakan ilmu kanuragan yang di atas rata rata,  ronggo toh joyo terpilih menjadi panglima perang demak Bintoro. tidak cukup sampai disitu, ronggo toh joyo diberi tanggung jawab yang besar yaitu bertanggung jawab penuh dalam menjaga keamanan yang ada di Kerajaan Demak Bintoro. itu artinya posisi ronggo toh joyo adalah menjabat sebagai seorang senopati andalan dikerajaan demak bintoro.

KEJAYAAN KERAJAAN PAJANG

Tapi pada suatu hari ,terjadilah peristiwa di Kerajaan Demak yaitu hilangnya benda pusaka keris Nogososro dan sabuk inten dari tempat penyimpanan pusaka kerajaan . Karena pada waktu itu yang bertanggung jawab menjaga keamanan dan menjadi panglima prajurit adalah ronggo toh joyo,maka ronggo toh joyo diberi tanggung jawab untuk mencari keberadaan  keris Nogososro dan sabuk inten, untuk di bawa lagi ke kerajaan. dan tidak boleh pulang ke Demak kalau tidak membawa benda pusaka tersebut.

akhirnya ronggo toh joyo dengan di temani beberapa prajurit keluar dari Demak untuk mencari benda pusaka tersebut.

sudah beberapa hari ronggo toh joyo keluar masuk hutan untuk mencari keberadaan benda pusaka tersebut, tetapi belum menemukan yang di carinya, akhirnya ketemu dengan sunan Kudus, dan oleh Sunan Kudus ronggo toh joyo dijadikan muridnya, akhirnya dia belajar mendalami ilmu agama Islam langsung kepada Sunan Kudus.

setelah menguasai ilmu agama yang diajarkan sunan Kudus, ronggo pun disuruh pergi ke Pajang ,untuk menemui penguasa pajang saat itu, sesampainya di Kerajaan Pajang, ronggo bertemu dengan penguasa panjang saat itu yaitu Sultan hadiwijoyo, dan setelah mengenalkan diri kepada Sultan hadi Wijoyo, ternyata Sultan hadiwijoyo masih keponakannya sendiri, sultan hadiwijoyo atau Joko Tingkir adalah putra dari ki Kebo Kenongo yang tidak lain adalah kakaknya sendiri, maka dari itu ronggo tohjoyo akhirnya diterima dengan baik di Kerajaan Pajang ,dan dijadikan penasehat agama sekaligus pengajar agama di Kesultanan pajang.

selama menjadi Penasehat agama di Kerajaan Pajang, ronggo toh joyo bergelar ki wongso wangsito.diapun sering pergi ke Kudus  untuk memperdalam ilmu agamanya kepada sunan Kudus, hingga suatu hari dalam perjalanannya menuju Kudus, ki wongso wangsito melewati sebuah kampung yang di situ masyarakatnya banyak melakukan kemaksiatan kemaksiatan, masyarakatnya banyak yang melakukan perjudian mabuk-mabukan dan kemaksiatan kemaksiatan lainnya.

Dan setelah ki wongso wangsito masuk ke wilayah itu, ki Wongso wangsito melihat satu rumah yang agak jauh dari pemukiman warga setempat ,yang  berada di sebuah bukit, ki Wongso wasito mampir ke rumah yang ada di bukit tersebut, yang penghuninya adalah ki waru beserta istrinya, juga seorang wanita yang bernama nyai sukati, akhirnya ki waru bercerita kepada Ki Wongso wangsito bahwa yang berada di sekitar situ semuanya gemar melakukan kemaksiatan, sehingga ki waru memilih untuk agak menjauh dari pemukiman warga dan menetap di bukit itu.

Setelah mendengar penjelasan dari Ki Waru akhirnya Ki Wongso wangsito,menamai daerah sekitar situ dengan nama lemau. Le mau sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kerusakan atau berantakan. Akhirnya ki wongso wangsito berniat menetap di situ dengan tujuan ingin warga di sekitar situ kembali ke jalan yang baik.

Dan santri pertama di daerah situ adalah ki waru beserta keluarganya, tidak begitu lama wongso wangsito berada di daerah situ ,ki waru jatuh sakit dan meninggal dunia, akhirnya dimakamkan di samping rumahnya ,dan sampai sekarang daerah pemakaman ki waru, oleh warga sekitar di beri nama makam suaru.

Setelah sepeninggalnya ke waru, ki Wongso wangsito tetap menyebarkan agama dan berdakwah di tempat itu, dengan dibantu nyai sukati, setelah ada beberapa warga yang mau diajak ke jalan kebenaran yaitu agama Islam, akhirnya ki wongso wangsito mendirikan sebuah Surau atau mushola di sekitar pemukiman warga, diyakini sampai sekarang bahwa suro ataupun mushola peninggalan Ki Wongso wangsito merupakan cikal bakal berdirinya Masjid al-huda.

Atas jasa ki wongso wangsito dalam berdakwah di sekitar bukit lemau, akhirnya banyak warga yang masuk agama Islam meninggalkan dan kemaksiatan kemaksiatan, dan sampai sekarang warga sekitar tetap Teguh menjalankan perintah agama Demi meraih kamulyan sejati.

Adapun selain sebuah suro atau mushola, peninggalan Ki Wongso wangsito masih banyak peninggalan beliau yang bisa dilihat sampai sekarang, antara lain sendang awar-awar yang berada di sebelah pintu masuk Desa Lemah Ireng, ada juga berupa alat musik angguk untuk mengiringi pembacaan sholawat, alat musik angguk sendiri berupa semacam alat rebana yang berjumlah 4 buah.

Ada juga peninggalan yang sangat fenomenal yaitu kitab suci Alquran tulisan tangan dari ki wongso wangsito.

Selain itu juga peninggalan beliau berupa benda pusaka berwujud keris tombak dan tongkat ki Wongso wangsito.

Semua itu merupakan bukti bahwa ki wongso wangsito, bukankah manusia Biasa ,tetapi merupakan salah satu manusia pinilih ,yang mempunyai kelebihan ilmu olah kanuragan dan ilmu agama yang tinggi.

Leave A Reply

Your email address will not be published.