Rohadi adalah seorang difabel asal desa lemah ireng, kecamatan bawen, kabupaten semarang. Meski seorang penyandang difabel, tapi beliau tidak pantang menyerah dalam mengais rejeki demi menghidupi keluarganya.
Rohadi sebelum masa pandemi menjalani kehidupannya sebagai pembuat springbed , servis kursi sudut atau sofa, tambal ban, dan juga jualan mainan keliling di sekolah sekolah, dan tempat strategis di kampungnya.
Pria difabel sejak umur 2 tahun ini menjalani kesehariannya dengan apa adanya, bersama istri tercinta yang selalu setia menemani dalam keluarga kecilnya. Dengan penghasilan yang pas pasan, dia tetap optimis dalam merealisasikan ide ide kreatifitasnya. Efek pandemi sangat dirasakannya, sehingga mengalami penurunan penghasilan yang cukup signifikan. dalam kondisi yang seperti ini, Rohadi tetap optimis untuk bertahan meskipun penghasilan yang minim.
akhirnya, rohadi banting setir menjadi pengrajin truk oleng, dari hasil penjualan truk oleng inilah pria yang berusia kisaran 37 tahun ini bisa bertahan dan menafkahi keluarganya. Meskipun penghasilan dari truk oleng juga masih pas pasan, namun beliau optimis bahwa kalau terus berusaha mengasah ide kreatifitasnya, maka hasil usahanya akan besar, dan berpeluang menjadi inspirasi difabel lainnya. awal mula menjadi pembuat truk oleng hanya otodidak, yaitu asal buat saja, namun ternyata ada yang tertarik sehingga dijualnya. berangkat dari sinilah, dia mulai membuat truk oleng dengan serius untuk dijual supaya bisa menopang hidupnya.
dalam satu tahun terakhir ini beliau fokus sebagai pengrajin truk oleng, dan dijualnya dengan kisaran harga 85ribu sampai 150ribu rupiah, tergantung besar kecilnya . ada juga yang harga diatas 200ribuan, dengan truk oleng yang spesial, baik dari segi bahan maupun variasinya. pemasarannya biasanya dari relasi maupun dari mulut ke mulut warga setempat, yang memesan langsung. sehingga, dari segi pemasaran belum cukup luas, karena memang beliau hanya lulusan sekolah dasar, jadi tidak begitu paham tentang ilmu pemasaran.
tentu saja hal ini menjadi problem pemasaran truk olengnya, karena jangkauannya sangat terbatas. beliau sangat membutuhkan teknik pemasaran yang luas, terutama dari pihak terkait yang memiliki akses pemasaran lebih luas, khususnya untuk penyandang difabel seperti dirinya.
selain masalah pemasaran, beliau dalam membuat truk oleng hanya menggunakan alat seadanya saja, karena memang memiliki keterbatasan pengadaan alat yang memadai. namun, meski dengan alat yang seadanya saja, truk oleng buatanya mampu bersaing dipasaran. karena nilai jualnya terletak pada ide kreatifitasnya yang terus berupaya menjadikan truk olengnya terus berinovasi.
Bahkan, ada beberapa rekan difabel lainnya yang sering berkunjung, dan ingin belajar dalam pembuatan truk oleng seperti dirinya. sosok Rohadi bagi rekan difabel lainya adalah inspirasi, dikarenakan banyak ide kreatifitasnya yang bisa direalisasikan, salah satunya dalam bentuk truk oleng dan bisa dijual, sehingga bisa menjadi mata pencaharian.
Harapan rohadi sendiri adalah, ingin memberdayakan rekan difabel lainya sehingga ilmunya bisa bermanfaat, khususnya dalam hal mengajari pembuatan truk oleng. meski rohadi sendiri masih dalam kondisi apa adanya, namun dia tidak pelit untuk mengajarkan kepada rekan difabel lainnya. dalam benaknya, rohadi berharap supaya para difabel bisa terus mengasah skilnya, dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan seperti kebanyakan orang. apapun kondisinya, sukses adalah hak setiap orang termasuk para penyandang difabel.