ERGA DIGITAL
ZoyaPatel

Kirab 1000 Tumpeng "Merti Dusun Krajan" Ribuan Warga Lemahireng Bersatu dalam Tradisi Sakral

Mumbai

Bersama tumpeng, doa, dan adat Jawa, Dusun Krajan akan menyuarakan warisan budaya leluhur di sepanjang jalan utama pada Jumat, 4 Juli 2025

Lemahireng, Bawen – Sebuah peristiwa budaya yang sarat makna siap digelar di Desa Lemahireng, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Ribuan warga dari RW 1 hingga RW 3 akan turut serta dalam Kirab 1000 Tumpeng “Merti Dusun Krajan”, yang akan berlangsung pada Jumat, 4 Juli 2025 di Lapangan Bulu Jaya dan Kirab akan dimulai jam 18:30 atau ba'da maghrib sepanjang jalan utama Dusun Krajan.

Acara ini merupakan bagian dari tradisi tahunan sedekah dusun, sebuah bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas keselamatan, panen, dan rezeki yang diterima sepanjang tahun.

“Kirab ini bukan hanya pawai, ini adalah ritual syukur dan perwujudan gotong royong. Kami ingin menghidupkan kembali semangat kebersamaan warga dan warisan budaya Jawa yang mulai tergerus zaman,” ujar Bapak Sariyanto, perwakilan Panitia Kirab, saat ditemui di sela-sela persiapan acara.

Adat Jawa dan Tumpeng: Simbol Doa yang Bergerak

Kirab ini akan melibatkan lebih dari seribu tumpeng yang dibawa oleh peserta, masing-masing didandani dengan hiasan khas, hasil bumi, serta ornamen yang melambangkan keberkahan. Tak hanya itu, seluruh peserta akan berpakaian adat Jawa lengkap, menciptakan suasana yang begitu kental dengan nuansa tradisi.

“Merti Dusun adalah momentum untuk bersih desa, bersih hati. Lewat tumpeng, kita berdoa dan bersedekah kepada semesta. Ini budaya luhur yang harus kita jaga,” kata Triyono, Kepala Desa Lemahireng, dengan nada bangga.

Rute kirab akan menyusuri jalan utama Dusun Krajan, yang telah disiapkan sedemikian rupa sebagai jalur budaya. Warga, pemuda karang taruna, dan tokoh masyarakat bersinergi dalam segala aspek persiapan, dari logistik hingga pengamanan.

“Saya senang melihat semangat warga. Ini bukan sekadar seremonial, tapi bentuk nyata cinta pada dusun. Semua RW bersatu, anak-anak muda juga aktif membantu,” tutur Buang Repno, Ketua RW setempat, yang juga turut mendampingi persiapan teknis lapangan. 

Dari Warga, Oleh Warga, Untuk Warisan Budaya

Antusiasme warga terlihat dari rumah ke rumah. Tumpeng-tumpeng mulai disiapkan sejak jauh hari, begitu pula busana adat yang dicuci, disetrika, dan dihiasi agar layak tampil di mata dunia.

“Saya pribadi bangga bisa ikut. Dulu saya cuma nonton, sekarang ikut ngarak tumpeng. Ini momen buat ngenalin budaya kita ke anak-anak,” ungkap Amir Subani, salah satu warga RW 2 yang akan ikut kirab bersama istri dan dua anaknya.

Acara ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal yang penasaran dengan ritual tradisional masyarakat Jawa yang masih hidup dan berkembang. Panitia membuka ruang bagi dokumentasi budaya, media lokal, dan pelaku konten kreatif untuk mengabadikan kirab ini sebagai bagian dari warisan takbenda masyarakat Lemahireng.

Tradisi yang Tak Sekadar Dirayakan, Tapi Dihidupkan

Kirab 1000 Tumpeng bukan sekadar hajatan budaya. Ia adalah panggilan untuk kembali menghargai akar, menyatukan hati dalam doa, dan meneguhkan identitas kampung halaman. Di tengah arus globalisasi dan modernitas, Desa Lemahireng membuktikan bahwa kemajuan tidak harus melupakan tradisi.

“Semoga tahun depan bisa lebih besar lagi. Yang penting, semangat sedekah dan kebersamaan ini jangan sampai padam,” tutup Bapak Sariyanto, dengan senyum hangat penuh harap.


KIRAB 1000 TUMPENG MERTI DUSUN KRAJAN DESA LEMAHIRENG BAWEN 2025

INFO ACARA
📍 Lokasi: Lapangan Bulu Jaya & Jalan Utama Dusun Krajan
📅 Tanggal: Jumat, 4 Juli 2025 - 18:30 WIB - Selesai
👥 Peserta: Warga RW 1 – RW 3, mengenakan pakaian adat Jawa
🍚 Acara Utama: Kirab 1000 Tumpeng sebagai bagian dari tradisi sedekah dusun

Link Acara : SIARAN LANGSUNG SEDEKAH DUSUN

Ahmedabad